Sebuah pulau es hanyut di samudera arktik

Written By Papareysa on Sabtu, 14 Agustus 2010 | 19.38

pulau es, mencair hanyut, pemanasan global
Sebuah pulau es sekitar lima kali luas Jakarta meleleh dan melayang melintasi Samudra Arktik setelah putus dari gletser di Greenland. Tentu saja hal tersebut berpotensi menimbulkan benturan disetiap perjalanannya dan segala kerusakan yang tak terhitung.

Dalam skenario kasus terburuk, potongan besar bisa mencapai perairan arus deras di mana gunung es di Greenland meleleh hingga menenggelamkan Titanic pada tahun 1912.

Hal ini mungkin disebakan oleh pemanasan global yang kian menjadi-jadi di seluruh dunia, seperti halnya dengan kebakaran hutan di kalimantan, panas dan asap di Rusia serta banjir pembunuh di Asia. Tapi saat gletser Petermann yang retak minggu lalu merupakan pulau es terbesar di Kutub Utara yang meleleh dan mungkin melambangkan pemanasan global yang sudah sangat mengkhawatirkan.

Sementara gletser yang berada di Greendland selalu mencair setiap tahunnya dan menuju lautan arktik, para ilmuan mengatakan pulau es ini adalah yang terbesar di belahan bumi utara sejak tahun 1962.

Para ahli mengatakan bahwa untuk mencegah pulau es raksasa agar tidak meleleh tentunya sangat sulit karena adanya perubahan iklim dan juga banyak sekali yang mempengaruhi gletser di daerah tersebut.

Sejak tahun 1970, suhu telah meningkat lebih dari 4,5 F di sebagian besar Arktik - jauh lebih cepat daripada rata-rata suhu pada umumnya. Pada bulan Juni penutup es Kutub Utara berada pada level terendah terhitung sejak awal dilakukannya pencatatan pada tahun 1979, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration.

Melelehnya gletser Greenland, yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir adalah salah satu teka-teki iklim yang sangat sulit dipahami dan diprediksi.

Pulau es yang sedang "berenang" di Lautan Arktik itu segera memasuki tempat terpencil yang disebut Selat Nares, sekitar 620 km selatan Kutub Utara, yang memisahkan Greenland dan Pulau Ellsemere, Kanada.

Jika pulau es setebal Empire State Building di New York ini memasuki Selat Nares sebelum beku musim dingin (bulan depan), lintas kapal di sekitar Kanada akan terusik. Dan, jika bongkahan es raksasa itu mengalir ke selatan akibat didorong arus, lalu mencapai pantai timur Kanada, perairan yang sibuk, pengiriman minyak dari Newfoundland akan terganggu.

Pulau es itu amat berbahaya bagi anjungan minyak Grand Banks di lepas pantai Newfoundland, Kanada. Karena daya dorong pulau es itu sangat kuat, dapat menyapu anjungan minyak lepas pantai serta kapal-kapal yang ada di depannya. Benturan yang ditimbulkannya pun dapat menyebabkan kerusakan parah. Jika es itu mencair, berpotensi menaikkan permukaan laut global setinggi 20 kaki atau 6 meter!

Pulau es itu pertama kali terlihat lewat satelit oleh seorang peramal es dari Kanada, Tudy Wohllenben, Kamis (5/8/2010). Debit air segar jika es itu meleleh bisa memasok kebutuhan air bagi seluruh warga Amerika Serikat selama 120 hari atau empat bulan.

Canadian Ice Service memperkirakan, laju bongkahan es itu memakan waktu satu atau dua tahun mencapai pesisir timur Kanada. Kemungkinan juga akan pecah menjadi potongan-potongan kecil akibat menabrak gunung es dan pulau-pulau karang. Bongkahan-bongkahan itu juga akan roboh atau mencair akibat angin dan gelombang. "Tapi bongkahan hasil pecahan itu terbilang cukup besar," kata Trudy Wohllenben.

Para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan, sulit mengklaim robohnya bongkahan es raksasa itu akibat pemanasan global sebab rekaman tentang air laut di sekitar gletser itu tersimpan sejak 2003. Aliran air laut di bawah gletser menjadi penyebab utama lepasnya pulau es dari Petermann, Greenland.

Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Berita Indonesia Terbaru 2013 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger